Minggu, 15 Januari 2012

Cerita Tragis Dari Negeri SABA'

Cerita Tragis Dari Negeri SABA' - Mari sejenak kita renungkan ayat ini: "Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Allah) ditempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kepada mereka) dikatakan, "Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". [QS. Saba': 15]

Negeri aman makmur kerta raharja, gemah ripah loh jinawi, segalanya bisa diperoleh dengan mudah dan murah, rakyat hidup tenang dan tentram, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, barangkali itulah gambaran yang dicitakan oleh rakyat Indonesia. Tapi rasanya bukan rakyat Indonesia yang mencitakan demikian. Cita-cita ini menjadi angan bagi seluruh manusia yang hidup di jagad ini, meskipun hanya sekian persen saja dari mereka yang bener-bener mengalaminya.
Saya rasa gambaran masih jauh dibanding negeri Saba' yang dikisahkan dalam Al Qur'an. Pada hari ini wilayah negeri Saba' berada dalam teritorial republik Yaman. Meskipun telah berumur ribuan tahun , sisa-sisa kehidupan Saba' saat ini masih dapat kita kunjungi. Negeri Saba' adalah satu-satunya negeri yang mengalami kondisi baldatun thayyibatun seperti dikisahkan Al Qur'an, di sini saya tidak menyebutkan rabbun ghafur karena setiap saat Allah adalah Maha Pengampun, tidak hanya mengampuni negeri Saba' saja. Seperti apa kondisi negeri Saba' saat itu? kita simak tafsir thabari tentang negeri Saba', "di negeri itu ada dua kebun yang besar dan subur, biasanya perempuan disana hanya meletakkan keranjang di kepalanya lalu berjalan di kebun itu, keranjang akan segerapenuh tanpa memetik buah itu dari pohonnya." (Tafsir Thabari surat Saba' ayat 15 jilid 20 hal 375. Cet. Ar risalah th 2000)
Bisa dibayangkan betapa gemah ripah loh jinawi-nya negeri Saba'. Buah-buahan memenuhi keranjang tanpa disentuh tangan. Cukup menaruh keranjang di atas kepala dan berjalan menabrak ranting pohon, keranjang akan segera penuh dengan buah. Ini adalah gambaran suburnya tanah di negeri Saba'.Pohon pun merunduk karena buahnya terlalu banyak, hingga mencapai sedikit di atas kepala manusia.
Tafsir thabari tentang negeri Saba', "Di negeri mereka tidak terdapat nyamuk, lalat, kutu, kalajengking dan ular"(Idem hal 377). Nyamuk, lalat, kutu dan ular adalah pelambangan hewan pengganggu. Artinya saat itu rakyat negeri Saba' tidak pernah terganggu tidurnya oleh gigitan nyamuk. Saat itu tidak ada warga negeri Saba' penyakit DB atau DBD juga malaria. Disana tidak ada pabrik racun nyamuk, hingga paru-paru mereka tidak ikut menghirup racun yang diperuntukkan bagi nyamuk.
Saat itu penyakit jarang sekali menyerang, karena hewan-hewan pembawa penyakit tidak berkeliaran di sekitar manusia. Mengapa? karena memang tidak ada. Barangkali tikus juga tidak pernah ditemukan di sana (di sekitar perumahan manusia). Apakah mungkin dunia kita saat ini bebas dari nyamuk? mungkinkah kita menyelamatkan bumi dari gangguan tikus.
Nyamuk dan tikus hampi menjajah seluruh pemukiman kita. 90% rumah di Indonesia telah menjadi jajahan tikus dan nyamuk. Barangkali hanya apartemen tinggi menjulang yang tidak dijamah oleh nyamuk dan tikus, apalgi ular dan kalajengking. Bukan tak mungkin istana negara masih belum steril dari tikus. Mungkin kamar presiden dan wakilnya masih perlu disemprot tiap malam supaya bebas dari serangan nyamuk.