Rabu, 26 Desember 2012

Natal dan Tahun Baru Syi'ar non muslim, Umat Islam Jangan Ikut-ikutan

Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang Esa. Shalawat dan salam kepada Nabi terakhir, Muhammad bin Abdillah, serta keluarga dan sahabat beliau.
Setiap umat memiliki hari besarnya masing-masing untuk mengenang dan menghidupkan moment tertentu atau untuk mengungkapkan kebahagiaan, kesenangan, dan syukur yang sifatnya berulang setiap tahun. Dan Allah mengetahui kecenderungan yang ada dalam diri manusia ini, karenanya Dia memberi petunjuk untuk mengapresiasikannya dengan cara yang mulia. Yaitu dengan mengingatkan hikmah penciptaan, tugas manusia, dan ibadah kepada Allah.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Ketika NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam tiba di Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang mereka bermain-main (bersenang-senang) di dalamnya. Lalu beliau bertanya, "Dua hari apa ini?" Mereka menjawab, "Dua hari yang kami bermain-main (bersenang-senang) di dalamnya pada masa Jahiliyah." Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengganti untuk kalian dua hari tersebut dengan Idul Adha dan Idul Fitri." (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkata kepada Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu, "Hai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan inilah hari raya kita." (HR. Bukhari).
Dua hadits ini menjadi dalil bahwa hari raya umat Islam hanya dua tersebut. Berbeda dengan hari raya selainnya, baik yang bersifat keagamaan, kenegaraan, atau duniawi.
Banyak sekali nas syar'i yang menerangkan karakteristik umat ini yang berbeda dengan umat, agama, dan kelompok lainnya, agar menjadi umat terbaik. Yaitu umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menjadi rasul terakhir dengan kitab suci al-Qur'an.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran: 110).
Dalam hadits Mu'awiyah bin Haidah berkata, RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Kalian adalah penyempurna tujuh puluh umat. Kalian yang terbaik dan paling mulia di mata Allah 'Azza wa jalla." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim).
Beliau bersabda lagi, "Penghuni surga ada 120 baris. Sedangkan umat ini sebanyak 80 barisnya." (HR, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Namun kenyataannya, pada zaman ini banyak umat Islam yang tidak memahami posisi dan kedudukan mereka. Malahan mereka tertarik dengan perayaan hari Natal dan tahun baru yang menjadi syi'ar agama Kristen. Hal ini disebabkan tidak adanya pemahaman yang benar dan lemahnya ikatan aqidah mereka. Sehingga mereka terkadang ikut-ikutan dengan budaya dan tradisi orang kafir, antara lain:
  1. Saling mengucapkan selamat hari raya Natal, saling kirim kartu lebaran baik melalui pos atau internet.
  2. Ikut serta memeriahkan hari Raya Natal di gereja, hotel, gedung serba guna, atau melalui media elektronik.
  3. Membeli pohon natal dan memasang patung Sinterklas (Santa Claus) yang katanya mencintai anak-anak dengan membagi-bagikan hadiah sejak malam Natal hingga malam tahun baru.
  4. Bermaksiat, melakukan kejahatan, dan mabuk-mabukan pada malam tahun baru serta bentuk-bentuk lainnya.
Hari raya Natal dan tahun baru tidak boleh dijadikan sebagai hari yang dirayakan oleh umat Islam, dengan dua alasan:Pertama, mengandung nilai keagamaan yang kufur. Yaitu menyandang sifat tuhan kepada Al-Masih Isa bin Maryam, reinkarnasi, memberhalakan Isa, menganggapnya sebagai anak Allah, disalib, dan keyakinan lainnya.
Kedua, mengandung nilai kefasikan, berbuat seenaknya, berakhlak seperti binatang yang tak pantas ditiru manusia, terlebih oleh orang beriman.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sangat tegas melarang ritual seperti ini. Dalam hadits shahih disebutkan, ada seseorang bernazar di masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk menyembelih unta di Bawwanah –yaitu nama suatu tempat-, ia lalu mendatangi Nabi dan berkata: “Aku bernazar untuk menyembelih unta di Bawwanah”, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda: “Apakah di sana ada berhala jahiliyah yang disembah?” Mereka berkata: “Tidak”, beliau bersabda: “Apakah di sana dilakukan perayaan hari raya mereka?.” Mereka berkata : “tidak.” Beliau bersabda: “Tunaikanlah nazarmu, sesungguhnya tidak boleh menunaikan nazar yang berupa maksiat kepada Allah dan yang tidak mampu dilakukan oleh anak Adam.” (HR. Abu Dawud dan sanadnya sesuai syarat as-Shahihain).
Dari Abdullah bin Amru bin 'Ash Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:
مَنْ بَنَى بِبِلاَدِ الأَعَاجِمِ وَصَنَعَ نَيْرُوزَهُمْ وَمِهْرَجَانَهُمْ وَتَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوتَ وَهُوَ كَذَلِكَ حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.” (Sunan al-Baihaqi IX/234).  [PurWD/voa-islam.com]

Jumat, 13 April 2012

Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan

Pernahkah Anda mendengar cerita tentang anak yang sudah bisa berjalan di usianya yang ke tujuh bulan? Memakai sepatu dan menyanyikan lagu-lagu di usianya yang keempat belas bulan? Juga bersekolah di usia delapan belas bulan? Dan percayakah Anda jika cerita ini adalah cerita nyata? Bayi itu bernama Aulia Valeda Charnen, anak dari pasangan suami-istri Yotho Chardiana dan Sri Mulyaningsih. Ia masuk dalam rekor MURI sebagai bayi termuda yang bisa berjalan.

Rahasia dari semua ini adalah stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh orangtua Aulia ketika ia masih berada di dalam kandungan. Stimulasi itu meliputi empat jenis: (1) relaksasi, (2) memperdengarkan musik klasik, (3) membaca shalawat dan Alqur’an, serta (4) berpuasa Daud (sehari puasa, sehari tidak)

Dengan empat jenis stimulasi tersebut, bayi lahir dengan ciri-ciri super. Di antaranya, pada usia 1 minggu ia sudah bisa mengangkat kepala sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Pada usia dua bulan, sudah bisa tengkurap sendiri dan mengangkat kepala. Usia empat bulan sudah bisa duduk tanpa bantuan. Usia lima bulan, sudah bisa berdiri. Usia enam bulan sudah bisa berjalan merambat. Usia tujuh bulan sudah bisa berjalan dengan sempurna. Usia sepuluh bulan sudah tertarik pada alat-alat tulis dan main corat-coret. Usia empat belas bulan sudah bisa memakai sepatu dan menyanyikan lagu-lagu, tidak saja lagu-lagu anak, juga lagu-lagu dewasa. Usia enam belas bulan sudah sangat kritis, sehingga sering mengkritik orangtuanya. Dan, usia delapan belas bulan sudah sekolah.

Banyak orangtua terutama ibu-ibu muda yang mendambakan anaknya bisa secerdas BJ. Habibie, Thomas Alva Edison, Einstein, Issac Newton, dan penemu-penemu serta ilmuwan terkenal lainnya. Juga banyak yang berharap supaya anaknya bisa menjadi ahli hadits seperti Imam Bukhari, ahli tafsir seperti Abdullah Ibn Abbas, jago Fiqh seperti Imam Syafi’i dan Imam Malik, dan ulama-ulama legendaris lainnya. Namun sayang, para orangtua ini tidak tahu bagaimana cara mencerdaskan anak-anak mereka. Pendidikan yang mereka berikan kepada buah hati mereka adalah hasil transferan dari pendidikan yang mereka terima dari leluhur. Sebagaimana mereka dididik maka seperti itu pulalah mereka mendidik tanpa mau menambah ilmu dengan bertanya dan membaca buku-buku psikologi dan pendidikan anak.

Untuk mencerdaskan anak dan menjadikan mereka bagian dari generasi qur’ani yang cerdas, tentu tak cukup dengan menyekolahkan anak di play group, kemudian di usia SD mereka didaftarkan di sekolah unggulan, plus memberikan banyak les-les tambahan serta menyediakan segala fasilitas untuk mereka. Selain perhatian dan pendidikan setelah anak lahir, yang tak kalah pentingnya adalah pendidikan ketika anak masih berada dalam kandungan. Mendidik anak sejak dalam kandungan adalah cara mudah dan murah untuk mencerdaskan anak tanpa harus banyak mengeluarkan biaya, dan tanpa harus menunggu sampai anak menginjak usia sekolah.

Mungkin sebagian orang ada yang tidak percaya bahwa anak, atau lebih tepatnya lagi janin yang berada di dalam perut ibunya bisa mengikuti pelajaran dan stimulasi yang diberikan. Namun keraguan ini dapat kita hilangkan dengan menyimak beberapa penelitian yang dilakukan para ilmuwan Barat dalam bidang perkembangan pralahir. Penelitian ini menunjukkan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan itu telah berusia 20 minggu, kemampuan janin untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik, sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai.

Dalam buku Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, tulisan F. Rene van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D., ditegaskan bahwa beberapa kebiasaan baik yang dibentuk secara konsisten oleh ibu-ibu hamil pada dirinya dan bayinya selama kehamilan dapat mengurangi pelbagai kesulitan yang mungkin timbul ketika sang anak sudah lahir ke dunia. Secara teratur memperdengarkan irama musik tertentu (bisa diganti dengan memperdengarkan suara murattal Al-Qur’an), kemudian bercerita dan berdendang untuk si jabang bayi dalam kandungannya, atau melakukan relaksasi, akan memungkinkan ibu-ibu hamil bisa menjalin komunikasi dan membina hubungan positif dengan bayinya.

Menurut F. Rene van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D., The American Association of The Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil penelitian sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi pralahir atau bayi, antara lain sebagai berikut: Pertama, Dr. Craig Ramey dari University of Alabama menegaskan bahwa program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai nilai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi. Kedua, Dr. Marion Cleves Diamond dari University of California, Berkeley, AS melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi dengan tikus-tikus lain. Ketiga, Dr. Hugo Moser dari John Hopkins University telah melaporkan penelitiannya terhadap monyet-monyet Rhesus tanpa stimulasi. Hasilnya adalah cacat perilaku yang mencolok dan menyedihkan saat mereka dewasa. Mereka menjadi kikuk, menyiksa diri sendiri dan menarik diri dari kontak sosial dengan monyet-monyet lain dan menunjukkan setiap tanda kecerdasan terbatas.

The Prenatal Enrichment Unit di HuaCchiew General Hospital di Bangkok, Thailand yang dipimpin oleh Dr. C. Panthuraamphorn, telah melakukan penelitian yang sama terhadap bayi pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulasi pralahir akan cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menolehkan kepala ke arah suara orangtuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.

Demikian juga riset yang dilakukan oleh Prof. Suzuki dari Jepang, sebagaimana pernah dimuat dalam harian The Japan Times Weekly Education, bahwa stimulus yang diberikan terhadap janin sangat terkait dengan tingkat intelegensi anak. Jadi, sejak masih dalam kandungan, anak sebenarnya telah siap merespon stimulasi-stimulasi edukatif yang diberikan kedua orang tuanya, terutama oleh ibunya.

Selain cerita tentang Aulia dan segala kecerdasannya, saya juga punya cerita lain yang berkaitan dengan kecerdasan dan kelebihan anak yang distimulasi sejak dalam kandungan. Ayyasy Ar-Rantisi adalah salah satu anak yang beruntung karena mendapatkan stimulasi sejak ia masih berstatus janin. Stimulasi yang ia dapatkan adalah mendapatkan elusan dan tilawah Alqur’an sesering mungkin, mendengarkan burdah, kemudian materi berikutnya adalah sirah 25 Nabi dan Rasul, lagu-lagu anak (seperti lagu balonku, bintang kecil, pelangi dll), hadits-hadits pendek, sains untuk anak dan terakhir ditutup dengan burdah. Satu paket pelajaran itu biasanya selesai dalam waktu singkat, antara 15 sampai 30 menit. Itu dilakukan setiap pagi, sekitar jam 09.00 WIB, dimulai sejak ia berusia 4 bulan dalam kandungan.

Hasilnya sungguh sangat memuaskan. Ketika lahir Ayyasy tidak banyak menangis dan lebih relaks, lebih gesit, matanya lebih waspada, dan punya kode khusus untuk memberitahukan bahwa ia ingin ganti popok (kalau ia risih dengan popoknya yang basah atau terkena eek-nya, Ayyasy akan menangis dengan suara yang kedengaran seperti berbunyi “eh-ah…eh-ah). Ayyasy juga memiliki rentang perhatian yang lebih lama dan lebih fokus pada gambar-gambar yang ditunjukkan padanya, (ketika Ayyasy berusia 3 bulan ia kami bacakan buku cerita, dan ia kelihatan begitu menyukai gambar-gambar yang ada di buku tersebut. Cerita kesukaannya adalah Kelinci dan Harimau, dan ia sangat pandai menirukan suara auman harimau).

Selain itu, di usianya yang keenam bulan, ia sudah bisa menyebut “umi”, panggilannya kepada saya. Sering ketika ia menangis suara yang keluar tidak hanya sekedar suara tangisan bayi biasa, tapi merupakan bunyi “ummi, ummi…” Di usianya yang ketujuh bulan ia sudah bisa menyebut “am” untuk mengatakan bahwa ia mau makan. Sering jika ia saya beri makan di waktu yang saya kira ia lapar, ia tak menghabiskan makanannya. Tapi jika ia diberi makan setelah menyebut “am” berulang-ulang, pasti ia akan makan dengan lahap.

Huruf ‘r’ biasanya menjadi huruf terakhir yang bisa dikuasai anak. Namun Ayyasy pernah memperdengarkan ‘r’ nya dalam bentuk suara “brr…” ketika ia berusia 10 bulan. Bahkan ketika ia berusia setahun ia pernah mengikuti ucapan abinya yang mengucapkan “kuring’, dan huruf ‘r’ nya sangat jelas terdengar.

Kalau balita banyak yang takut dengan gelap, maka itu tak berlaku pada Ayyasy, karena ia kami biasakan tidur dalam kamar yang gelap sejak ia berusia 6 bulan. Hasilnya, seringkali ketika kami terbangun tengah malam, kami mendapatinya sedang bermain sendiri, tanpa tangisan. Bahkan ketika terkadang listrik tiba-tiba padam, tak ada reaksi negatif yang ditunjukkan oleh Ayyasy. Ayyasy juga tak pernah takut dengan binatang. Ia menunjukkan minat yang sangat baik terhadap binatang-binatang piaraan dan binatang buas, seperti kucing, burung, bebek, kambing, sapi, harimau, serigala, singa dsb. Kalau ada anak kecil yang menangis dan menjerit ketika didatangi seeokor kucing, maka Ayyasy justru menangis karena si kucing tidak mau mendekat.

Sebenarnya masih banyak lagi cerita-cerita mengagumkan tentang Ayyasy, yang Alhamdulillah sempat merasakan “sekolah dalam perut”. Dan saya yakin, ada begitu banyak cerita menakjubkan dari anak-anak lain yang juga berkesempatan menjadi murid sebelum terlahir ke dunia.

Bagi para ibu yang merencanakan hamil, sedang hamil, atau gadis yang punya calon keponakan, stimulasilah bayi Anda sejak dini agar generasi qur’ani yang jenius terlahir dari rahim Anda, biidznillah. Wallahul musta’an.


Oleh: Ummu Ayyasy Ar-Rantisi

Minggu, 15 Januari 2012

Cerita Tragis Dari Negeri SABA'

Cerita Tragis Dari Negeri SABA' - Mari sejenak kita renungkan ayat ini: "Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Allah) ditempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kepada mereka) dikatakan, "Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". [QS. Saba': 15]

Negeri aman makmur kerta raharja, gemah ripah loh jinawi, segalanya bisa diperoleh dengan mudah dan murah, rakyat hidup tenang dan tentram, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, barangkali itulah gambaran yang dicitakan oleh rakyat Indonesia. Tapi rasanya bukan rakyat Indonesia yang mencitakan demikian. Cita-cita ini menjadi angan bagi seluruh manusia yang hidup di jagad ini, meskipun hanya sekian persen saja dari mereka yang bener-bener mengalaminya.
Saya rasa gambaran masih jauh dibanding negeri Saba' yang dikisahkan dalam Al Qur'an. Pada hari ini wilayah negeri Saba' berada dalam teritorial republik Yaman. Meskipun telah berumur ribuan tahun , sisa-sisa kehidupan Saba' saat ini masih dapat kita kunjungi. Negeri Saba' adalah satu-satunya negeri yang mengalami kondisi baldatun thayyibatun seperti dikisahkan Al Qur'an, di sini saya tidak menyebutkan rabbun ghafur karena setiap saat Allah adalah Maha Pengampun, tidak hanya mengampuni negeri Saba' saja. Seperti apa kondisi negeri Saba' saat itu? kita simak tafsir thabari tentang negeri Saba', "di negeri itu ada dua kebun yang besar dan subur, biasanya perempuan disana hanya meletakkan keranjang di kepalanya lalu berjalan di kebun itu, keranjang akan segerapenuh tanpa memetik buah itu dari pohonnya." (Tafsir Thabari surat Saba' ayat 15 jilid 20 hal 375. Cet. Ar risalah th 2000)
Bisa dibayangkan betapa gemah ripah loh jinawi-nya negeri Saba'. Buah-buahan memenuhi keranjang tanpa disentuh tangan. Cukup menaruh keranjang di atas kepala dan berjalan menabrak ranting pohon, keranjang akan segera penuh dengan buah. Ini adalah gambaran suburnya tanah di negeri Saba'.Pohon pun merunduk karena buahnya terlalu banyak, hingga mencapai sedikit di atas kepala manusia.
Tafsir thabari tentang negeri Saba', "Di negeri mereka tidak terdapat nyamuk, lalat, kutu, kalajengking dan ular"(Idem hal 377). Nyamuk, lalat, kutu dan ular adalah pelambangan hewan pengganggu. Artinya saat itu rakyat negeri Saba' tidak pernah terganggu tidurnya oleh gigitan nyamuk. Saat itu tidak ada warga negeri Saba' penyakit DB atau DBD juga malaria. Disana tidak ada pabrik racun nyamuk, hingga paru-paru mereka tidak ikut menghirup racun yang diperuntukkan bagi nyamuk.
Saat itu penyakit jarang sekali menyerang, karena hewan-hewan pembawa penyakit tidak berkeliaran di sekitar manusia. Mengapa? karena memang tidak ada. Barangkali tikus juga tidak pernah ditemukan di sana (di sekitar perumahan manusia). Apakah mungkin dunia kita saat ini bebas dari nyamuk? mungkinkah kita menyelamatkan bumi dari gangguan tikus.
Nyamuk dan tikus hampi menjajah seluruh pemukiman kita. 90% rumah di Indonesia telah menjadi jajahan tikus dan nyamuk. Barangkali hanya apartemen tinggi menjulang yang tidak dijamah oleh nyamuk dan tikus, apalgi ular dan kalajengking. Bukan tak mungkin istana negara masih belum steril dari tikus. Mungkin kamar presiden dan wakilnya masih perlu disemprot tiap malam supaya bebas dari serangan nyamuk.